Nama Ilmiah Gajah Sumatera


Gajah Sumatera
gajah Sumatera   

Famili Elephantidae (gajah) adalah mamalia darat terbesar yang masih hidup, serta famili dari ordo Pachyderm, dan satu-satunya famili yang tersisa dari ordo Proboscidea.
-->
Gajah adalah binatang menyusui (mammalia) dan merupakan hewan darat terbesar didunia. Terdapat 2 spesies gajah di dunia yaitu Gajah Asia atau Gajah India (Elephas maximus) dan Gajah Afrika (Loxodonta aricana). Periode kehamilan gajah adalah 22 bulan, masa kehamilan terlama dibandingkan hewan darat lainnya. Berat anak gajah pada umumnya 120 kilogram dan seekor gajah bisa hidup selama kurang lebih 70 tahun. Gajah juga pernah digunakan dalam peperangan sebagai gajah perang, yang digunakan untuk menyerang musuh. Gajah adalah satu-satunya mamalia di dunia yang tidak bisa melompat.
Gajah Afrika merupakan hewan darat terbesar di dunia. Sepanjang 55 juta tahun terdapat 500 spesies gajah yang dikenal dan hanya dua spesies yang masih ada yaitu gajah Asia elephas maximus dan gajah Afrika loxodonta africana. Spesies gajah Asia dan gajah Afrika mulai terpecah kira-kira dua juta tahun dahulu. Gajah Asia berbeda dengan gajah Afrika. Gajah Asia memiliki telinga lebih kecil sedikit daripada gajah Afrika, mempunyai dahi yang rata, dan dua bonggol di kepalanya merupakan puncak tertinggi gajah, dibandingkan dengan gajah Afrika yang mempunyai hanya satu bonggol di atas kepala. Selain itu, ujung belalai gajah Asia hanya mempunyai 1 bibir, sementara gajah Afrika mempunyai 2 bibir di ujung belalai. Kedua jenis kelamin gajah Afrika mempunyai gading sementara hanya gajah Asia jantan yang mempunyai gading yang jelas terlihat.
Ada pula spesies gajah kerdil atau pygmy elephants dengan nama latin elephas maximus borneensis adalah spesies terkecil gajah, bahkan lebih kecil dari gajah Sumatra. Ukuran tubuhnya hanya sekitar 2,5 meter, seperti pada ukuran bayi gajah lainnya, gajah ini berkerabat dekat dengan Gajah Kalimantan. Data menunjukkan bahwa DNA pada gajah kerdil adalah sama sekali berbeda dari gajah Asia dan gajah Afrika, hal ini berarti bahwa gajah kerdil merupakan subspesies baru dari gajah. Habitat tempat hidup mereka ada di kedalaman hutan Borneo, perbatasan antara Kalimantan Timur - Indonesia dengan Malaysia.
Pernyebaran gajah di Asia meliputi India, Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian barat dan Sabah (Malaysia Timur). Sedangkan gajah di Afrika pernyebarannya meliputi sebagian besar daratan Afrika yang berupa padang rumput. Di Indonesia, gajah terdapat di Sumatera (gajah Sumatera) dan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (gajah Borneo).
Gajah termasuk dalam kategori hewan herbivora. Ia menghabiskan 16 jam sehari untuk mengumpulkan makanan. Makanannya terdiri atas sedikitnya 50% rumput, ditambah dengan dedaunan, ranting, akar, dan sedikit buah, benih dan bunga. Karena gajah hanya mencerna 40% dari yang dimakannya, mereka harus mengonsumsi makanan dalam jumlah besar. Gajah dewasa dapat mengonsumsi 300 hingga 600 pon (140-270 kg) makanan per hari. Enam puluh persen dari makanan tersebut tertinggal dalam perut gajah dan tidak dicerna.
Sebagai anggota dari kelas mammalia, gajah berkembangbiak dengan cara melahirkan dari masa kehamilan kurang lebih 22 bulan. Pada saat lahir, bayi gajah memiliki berat sekitar 120 kg dengan tinggi 90cm, dan bayi gajah adalah salah satu bayi mammalia terbesar di dunia.
Gajah hidup di dalam urutan sosial yang terstruktur. Kehidupan sosial dari jantan dan betina sangat berbeda. Betina menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dalam satu kelompok keluarga yang terdiri atas ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan bibi. Kelompok ini dipimpin oleh gajah betina tertua dan ketika seekor gajah betina sedang mengandung, maka 2-3 gajah betina lainnya akan menemani hingga si ibu gajah melahirkan. Sedangkan jantan dewasa menghabiskan waktunya dalam kehidupan sendiri (tidak berkelompok).
Meskipun berbadan besar, gajah adalah hewan perenang yang handal. Mereka dapat berenang selama 6 jam dan menempuh jarak hingga 50 km.
Gading gajah yang besar merupakan sepasang gigi seri pada bagian depan rahang atas, yang terus tumbuh selama gajah hidup meskipun tidak tumbuh terlalu panjang.
Tengkorak gajah yang besar dan kuat, berisi otak yang sangat cerdas. Oleh karena itu, gajah mempunyai ingatan yang sangat baik dan jarang melupakan perintah-perintah yang telah diajarkan. Seekor gajah mampu mengingat 25 perintah atau aba - aba dan mampu membuat alat untuk digunakan sendiri, sebagai contoh, gajah akan mematahkan tonggak kayu untuk menggaruk punggungnya.
Oleh karena daya ingat gajah, seorang novelist terkenal Agatha Christie, membuat novel yang berjudul ''Elephants Can Remember''. Berkisah tentang seorang penulis Adriadne Oliver yang menuliskan cerita nyata mengenai pembongkaran kasus bunuh diri dua orang temannya 12 tahun yang lalu dibantu oleh detektif Belgia Hercule Poirot.
Menurut legenda, semua gajah di daerah tertentu, jika sudah tua, gajah akan pergi ke suatu tempat sendirian untuk menunggu malaikat maut menjemput ajalnya. Tempat itulah yang disebut dengan kuburan gajah dan konon di tempat ini tertimbun banyak sekali gading gajah yang sudah mati, jika kita berhasil menemukannya maka kita akan menjadi kaya.
Selama bertahun-tahun para petualang mencari kebenarannya, meskipun ditemukan kumpulan kerangka gajah, namun bukan berarti itu adalah kuburan gajah. Di Siberia telah ditemukan sejumlah besar gading gajah yang terkubur di dalam tumpukan salju, tetapi gading tersebut ternyata merupakan fosil milik mammoth (gajah purba) yang telah mati 10.000 tahun yang lalu.
Desas - desus mengenai kuburan gajah adalah tidak benar adanya, itu hanya merupakan legenda biasa.
Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000–2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.
Gajah sumatra adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 m pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan dpt memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.
Gading gajah Sumatera jantan relatif lebih pendek jika dibandingkan sub-species gajah lainnya, sedangkan gajah betina memiliki gading yang sangat pendek dan tersembunyi di balik bibir atas. Ketahanan hidup gajah cenderung berbeda-beda. Gajah-gajah yang dipelihara dengan baik mampu bertahan hidup hingga 70 tahun, sedangkan di alam bebas dengan kondisi ancaman yang tinggi – usianya bisa lebih singkat. Tinggi gajah jantan Sumatra dewasa bisa mencapai antara 1,7–2,6 meter.
Gajah Sumatera adalah salah satu dari sub-spesies gajah Asia dan semua gajah Asia digolongkan sebagai satwa terancam punah (endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Gajah Sumatera menghadapi ancaman serius berupa aktivitas pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, pembunuhan akibat konflik dan perburuan. Kelangsungan hidup populasi gajah ini dalam jangka panjang terancam oleh cepatnya konversi hutan menjadi perkebunan dan tanaman komersial. Saat ini populasi gajah Sumatera adalah antara 2,400–2,800 ekor.
Gajah Sumatera merupakan ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan mewakili keragaman hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya hidup. Artinya konservasi satwa besar ini akan membantu mempertahankan keragaman hayati dan integritas ekologi dalam ekosistemnya, sehingga akhirnya ikut menyelamatkan berbagai spesies kecil lainnya. Dalam satu hari, gajah mengonsumsi sekitar 150 kg makanan dan 180 liter air dan membutuhkan areal jelajah hingga 20 kilometer persegi per hari. Biji tanaman dalam kotoran mamalia besar ini akan tersebar ke seluruh areal hutan yang dilewatinya dan membantu proses regenerasi hutan alam.
Ancaman utama bagi gajah Sumatera adalah hilangnya habitat mereka akibat aktivitas penebangan hutan yang tidak berkelanjutan dan disusul akibat perburuan dan perdagangan liar. Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah dengan laju deforestasi hutan terparah di dunia dan populasi gajah berkurang lebih cepat dibandingkan jumlah hutannya. Penyusutan atau hilangnya habitat satwa besar ini telah memaksa mereka masuk ke kawasan berpenduduk sehingga memicu konflik manusia dan gajah, yang sering berakhir dengan kematian gajah dan manusia, kerusakan lahan kebun dan tanaman dan harta benda.
Dalam seperempat abad terakhir ini estimasi populasi gajah Sumatera di Propinsi Riau, yang telah lama menjadi benteng populasi gajah, menurun sebesar 84% hingga tersisa sekitar 210 ekor saja di tahun 2007. Jika kecenderungan ini terus berlanjut dan dua lansekap hutan luas yang masih tersisa, Tesso Nilo dan Bukit Tigapuluh, tidak dilindungi maka populasi gajah Riau tidak akan bertahan lebih lama lagi dan akan mengalami kepunahan lokal.
Pengembangan industri pulp dan kertas serta industri kelapa sawit adalah salah satu pemicu hilangnya habitat gajah di Sumatera. Pembangunan perkebunan sawit mendorong terjadinya konflik manusia-satwa yang semakin hari kian memuncak. Pohon-pohon sawit muda adalah makanan kesukaan gajah dan kerusakan yang ditimbulkan gajah ini dapat menyebabkan terjadinya pembunuhan (umumnya dengan peracunan) dan penangkapan. Ratusan gajah mati atau hilang di seluruh Propinsi Riau sejak tahun 2000 sebagai akibat berbagai penangkapan satwa besar yang sering dianggap ‘hama’ ini.
Melindungi kawasan hutan yang tersisa merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan hidup populasi gajah Sumatera dapat terus berlanjut. Koridor-koridor satwa liar dalam kawasan hutan harus dipertahankan atau diciptakan kembali sehingga dapat menyediakan wilayah yang aman bagi gajah untuk memperoleh sumber-sumber makanan baru dan berkembang biak.

Klasifikasi ilmiah gajah sumatera dan nama ilmiah gajah sumatera adalah :
Kerajaan: Animalia.
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Proboscidea
Famili: Elephantidae
Genus: Elephas
Spesies: Elepant maximus
Upaspesies: Elephant maximus sumatranus

Ditulis kembali oleh:

Sumber:
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesies/species/gajah_sumatera/
http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah

1 komentar:

Tinggalkan pesan untuk permintaan pencarian topik.