elang Jawa |
Elang
adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu
pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang
mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya
sampai mampu terbang.
-->
Elang merupakan hewan pemangsa. Makanan utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus,
tupai dan ayam. Terdapat sebagian elang yang menangkapikan sebagai makanan
utama mereka. Biasanya elang tersebut tinggal di wilayah perairan. Paruh elang
tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat untuk mengoyak daging mangsanya.
Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan
melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk
memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.
Elang
mempunyai sistem pernapasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen
yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Jantung burung elang terdiri dari
empat bilik seperti manusia. Bilik atas dikenal sebagai atrium, sementara bilik
bawah dikenali sebagai ventrikel.
Elang dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar, memiliki kemampuan terbang
yang kuat, sayap yang lebar, paruh yang besar dan tajam, serta kuku yang kuat.
Elang juga memiliki penglihatan tajam untuk melihat mangsa dari jarak yang
jauh. Dengan kemampuan seperti ini, elang menempatkan dirinya berada di puncak
rantai makanan pada ekosistem dimana dia berada.
Kebanyakan
elang merupakan penghuni dunia lama. Seluruh jenis elang termasuk ke dalam ordo
Falconiformes (atau Accitriformes, menurut skema klasifikasi alternatif).
Hampir seluruh Falconiformes pemakan daging (karnivora). Elang memiliki rentang
umur yang panjang, dan laju reproduksi yang rendah. Seluruh elang berpasangan
secara monogami.
Struktur
rangka dan otot elang yang unik membuat burung ini memiliki kemampuan terbang
jarak jauh, elang Steppe mampu menempuh jarak sejauh 4000 mil dari kawasan Asia
tengah hingga ke kawasan Afrika. Tulang pada burung elang (dan burung-burung
besar seperti albatros atau vulture) memiliki sifat pneumatic (rangka memiliki
rongga yang dipenuhi oleh udara). Selain sifat tulang, kemampuan terbang jarak
jauh juga ditunjang oleh modifikasi otot dan sayap. Berat otot pada burung
elang terletak pada pusat gravitasinya, sayap berukuran besar dan lebar untuk
memudahkan aliran udara menaikkan tubuhnya. Sifat tulang, berat otot, dan
ukuran sayap yang unik ini membuat elang dengan bobot 7 Kg menjadi seringan
bulu ketika terbang. Selain itu juga dapat membuat elang mampu terbang tanpa
mengepakkan sayapnya. Kita dapat lihat ketika elang soaring di udara, sayapnya
terbentang dengan lebar tanpa dikepakkan. Sayap dikepakkan biasanya untuk
menambah kecepatan terbang, terutama ketika berburu mangsa.
Elang
Jawa atau dalam nama ilmiahnya Nisaetus
bartelsi adalah salah satu spesies
elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik
dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung
ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia
Elang
yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70
cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).
Kepala
berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4
bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak
keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota
dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap.
Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di
tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna
kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah
menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawo matang sampai
kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada
kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat
garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor
bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.
Iris
mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh)
kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi
bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.
Ketika
terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk
terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih
gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.
Bunyi
nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu
hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli.
Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya
cukup jelas dalam nadanya.
Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.
Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.
Baru
di tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari
Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman,
O. Finsch, mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak
jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri
Lanka. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. Stresemann memberi nama takson
baru tersebut dengan epitet spesifik bartelsi,
untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis
elang gunung Spizaetus nipalensis.
Demikianlah,
burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis bartelsi, hingga akhirnya pada tahun
1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke
dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus
bartelsi.
Klasifikasi
ilmiah elang jawa dan nama ilmiah elang jawa adalah :
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Aves
Ordo: Falconiformes
Famili:
Accipitridae
Genus:
Nisaetus
Spesies:
N. bartelsi
Nama
binomial
Nisaetus bartelsi
Ditulis kembali oleh:
Sumber:
http://synaps.wordpress.com/2007/02/22/elang-dan-beberapa-spesiesnya-di-dunia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Elang_Jawa